Judul : Syaikhona
Kholil Bangkalan; Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama
Oleh : RKH. Fuad Amin
Imron
Tebal : xxviii + 228
hlmn.
Cetakan : Pertama, Juni
2012
Penerbit : Khalista &
Penainsani
Harga : Rp. 50.000,-
Pemesanan : 0858 5067 7244 (WA)
"Jika Muammil
Qomar (2002) menyebut 3 nama ulama yang memiliki peran penting dalam proses
pendirian NU, yaitu KH Wahab Hasbullah sebagai pencetus ide, KH Hasyim Asy'ari
sebagai pemegang kunci, dan Syaikhona Muhammad Kholil sebagai penentu
berdirinya NU, dalam buku ini saya menambahkan satu ulama lagi, yaitu, KH As'ad
Syamsul Arifin. Peran Kiai As'ad dalam konteks ini adalah penyampai isyarat
langit dari Syaikhonan Kholil, yang telah meneguhkan sikap dan pandangan KH
Hasyim Asy'ari untuk mendirikan NU." (RKH Fuad Amin Imron, Penulis)
"Dalam
prespektif spiritualitas, Syaikhona Kholil adalah tokoh yang berperan secara
langsung dalam pendirian organisasi para ulama pesantren. Pesan
spiritualitasnya yang disampaikan melalui KH As'ad Syamsul Arifin menjadi
faktor penentu bagi berdirinya NU. Dan pesan simbolik Syaikhonan Kholil inilah
yang telah menepis keraguan, kegamangan dan kegelisahan Kiai Hasyim untuk
mendirikan NU. Keyakinan Kiai Hasyim terhadap pesan spiritual gurunya itu, lalu
diteruskan secara lahiriah kepada Kiai Wahab Hasbullah sebagai pembawa ide, untuk
ditindaklanjuti dalam sebuah permusayawaratan ulama di Surabaya, pada 31
Januari 1926 (16 Rajab 1344 H), setahun sebelum Syaikhonan Kholil wafat. Permusyawaratan
para ulama tersebut melahirkan Komite Hijaz, yang kemudian ditetapkan namanya
menjadi Jam'iyah Nahdlatul Ulama." (Prof Dr KH Said Aqil Siradj, MA, Ketua
Umum PBNU)
"Isyarah Tongkat
Musa dan Tasbih yang diberikan Syaikhona Kholil kepada Kiai Hasyim Asy'ari
melalui Kiai As'ad berhubungan dengan jam'iyah sekaligus jamaah NU. Tongkat
Musa adalah simbol komando atau kepemimpinan (leadership), sementara Tasbih
adalah simbol spiritualitas dan simbol budaya. Kombinasi keduanya, diharapkan
agar pemimpin NU memiliki pandangan, sikap dan tindakan yang terjaga
keseimbangannya antara kebutuhan duniawi dan ukhrawi. Muaranya adalah
keteladanan (al-uswah), dimana pandangan, sikap dan tindakan pemimpin NU harus
dapat dijadikan teladan oleh jamaah." (Nico Ainul Yakin, Editor)
maaf stok buku ini masih ada atau tidak
BalasHapus